Berita

Seminar Parenting Menyiapkan Generasi Berakhlak Qur’ani

Seminar Parenting Menyiapkan Generasi Berakhlak Qur’ani Siap Belajar, Siap Berjuang, dan Siap Bersinar

Pagi yang penuh berkah di sekolah SMP Muhammadiyah 4 Tanggul dimulai dengan semangat luar biasa. Tepat pukul 08.00, Ustadzah Umi K. Nadhira, S.Pd membuka acara seminar parenting yang ditunggu-tunggu oleh para orang tua siswa dari kelas 6 SD Muhammadiyah 3 Tanggul Program Reguler dan Intensif . Suasana khidmat tercipta ketika Ananda Zulfanda, siswa kelas 8 dari Muhammadiyah Boarding School-SMP Muhammadiyah 04 Tanggul, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan merdu.

Semangat nasionalisme kemudian menggema saat seluruh peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Sang Surya, dan Mars Muhita dipandu oleh Ustadzah Mita Septiani. Acara dilanjutkan dengan sambutan iftitah dari Bapak Ir. H. Ali Maksum dari PDM, dilanjutkan sambutan hangat dari Ibu Hj. Nur Sabaha, S.Th., M.Pd.I selaku Kepala Sekolah yang menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah dan orang tua dalam membentuk karakter anak.

Pemaparan Program Sekolah: Membangun Fondasi Kuat

Sebelum memasuki sesi parenting utama, tim Kurikulum, AIK, dan Kesiswaan memaparkan tiga program unggulan sekolah selama 25 menit. Program TKA , Napak Tilas, dan Ujian Ismuba dijelaskan secara komprehensif. Sesi tanya jawab interaktif memberikan kesempatan bagi para orang tua untuk memahami lebih dalam program-program yang dirancang khusus untuk perkembangan anak mereka.

Tidak hanya itu, Tim MBS juga mensosialisasikan Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru MBS, memberikan gambaran jelas tentang kelanjutan pendidikan anak oleh Ustad Muhammad Arif, M.Pd. Dilanjutkan dengan sosialisasi program Wafa Daerah oleh Ustadzah Aisyah Al Hafidzah, Lc yang menjelaskan metode pembelajaran Al-Qur’an yang telah terbukti efektif.

Momen Puncak: Bersama Ustadz Dr. Dodi Tisna

Pukul 09.30, dimulailah sesi parenting yang paling dinanti. Dipandu oleh moderator Ustadz Dedi Ramadhan, M.Hum, Ustadz Dr. Dodi Tisna Aminjaya, M.Pd membawakan materi dengan judul “Menyiapkan Generasi yang Berakhlak Qur’ani: Siap Belajar, Siap Berjuang, dan Siap Bersinar” selama 60 menit yang penuh inspirasi.

Rumah: Fondasi Terkuat Pembentukan Karakter

Ustadz Dodi memulai dengan fakta mengejutkan: pembentukan karakter anak paling kuat justru terjadi di dalam rumah, bukan di luar. Penelitian menunjukkan bahwa kalimat paling membahagiakan atau sebaliknya yang membentuk karakter anak berasal dari dalam keluarga. Fenomena seperti kecanduan gadget, kurangnya kesantunan, atau lambatnya menghafal Qur’an seringkali bermuara pada pola asuh orang tua.

“Meski sekolah berperan penting,” tegas beliau, “namun jika kondisi di rumah tidak mendukung, maka pendidikan karakter anak tidak akan optimal.”

Kolaborasi Ayah dan Ibu: Kunci Kesuksesan

Para ulama sepakat bahwa ibu adalah madrasah pertama (al ummu madrasatul ullah), karena anak belajar sejak dalam kandungan dan paling banyak meniru cara bicara ibunya. Namun, ayah memiliki tanggung jawab terbesar sebagai “kepala sekolah” yang harus memastikan guru (ibu) bahagia, terinspirasi, dan mendapat dukungan penuh.

Ustadz Dodi menekankan: “Keduanya harus terlibat aktif—bukan hanya menyerahkan pendidikan anak pada sekolah. Keterlibatan nyata seperti menyimak hafalan Qur’an walaupun hanya 10 menit sangat bermakna bagi perkembangan anak.”

Komunikasi: Rahasia di Balik Anak yang Sukses

Yang paling fundamental dari parenting adalah kualitas komunikasi kedua orang tua. Perkembangan kognitif, karakter, bahkan kesehatan fisik anak mencerminkan kualitas hubungan ayah dan ibu. Prinsip utamanya sederhana namun profound: jangan memandang pasangan sebagai orang yang salah, karena mereka adalah amanat dan ayat Allah.

“Ketika orang tua saling menghormati dan membahagiakan,” ungkap Ustadz Dodi, “secara ajaib anak menjadi lebih pintar, sehat, dan kuat mentalnya.”

Beliau mengajak para bapak untuk bertanya setiap hari: “Apa yang bisa saya lakukan agar istri saya bahagia?” Karena perasaan bahagia ibu akan memengaruhi seluruh suasana rumah.

“Charging” Kasih Sayang, Bukan Kemarahan

Sesi yang paling menyentuh adalah ketika Ustadz Dodi membahas tentang regulasi emosi. Anak yang akrab dengan orang tua akan bercerita tanpa diminta, bahkan sebelum ditanya. Sebaliknya, komunikasi yang kaku seperti tanya-jawab formal menandakan kurangnya kedekatan.

“Ketika anak tantrum atau tidak sesuai harapan, sebenarnya mereka hanya butuh ‘dicharge’ kasih sayangnya—bukan dimarahi,” jelas beliau. Charger terbaik dari ayah adalah waktu bermain bersama anak, sementara dari ibu adalah pelukan dan kehadiran penuh kasih sayang.

Al-Qur’an: Solusi dan Tujuan Utama

Ustadz Dodi mengingatkan bahwa berbagai masalah parenting dapat diselesikan dengan mendekatkan keluarga pada Al-Qur’an. Namun, anak tidak boleh dipaksa menghafal saat mereka sedang tidak bahagia karena akan membuat mereka membenci hafalan.

“Yang terpenting adalah memastikan Qur’an ada di hati, pikiran, dan perbuatan anak,” tegas beliau. “Orang tua harus menjadi teladan dengan rajin belajar dan mengamalkan Qur’an.”

Pesan yang paling berkesan: “Jangan terlalu khawatir soal masa depan duniawi anak, tetapi lebih khawatir jika Qur’an tidak ada dalam hidup mereka—karena Qur’an akan membuat mereka menjadi yang terbaik di manapun berada, di dunia hingga akhirat.”

Sesi Interaktif dan Penguatan

Setelah istirahat sejenak, sesi dilanjutkan dengan tanya jawab yang dipandu moderator. Para orang tua antusias mengajukan berbagai pertanyaan seputar pengasuhan anak di era digital. Ustadz Dodi menjawab setiap pertanyaan dengan wisdom yang mendalam, diselingi contoh-contoh praktis yang mudah diterapkan.

Pukul 11.00, acara memasuki sesi penguatan, muhasabah, dan doa. Ustadz Dr. Dodi Tisna Aminjaya menyampaikan harapan dan doa untuk seluruh peserta. Kepada para siswa, beliau mengingatkan bahwa Allah telah memudahkan Al-Qur’an untuk dipelajari dan setiap anak memiliki momentum masing-masing—yang terpenting adalah tetap semangat dan bahagia dalam belajar.

Beliau mengapresiasi kehadiran para orang tua sebagai bukti kepedulian mereka terhadap masa depan anak-anak. “Tidak perlu menjadi hafidz untuk memiliki anak hafidz,” kata beliau. “Yang dibutuhkan adalah kepedulian, kesabaran, dan waktu berkualitas bersama mereka.”

Para ayah diingatkan untuk terus membahagiakan istri karena kebahagiaan ibu adalah kunci ketenangan rumah dan kesuksesan anak. Para ibu didorong untuk tetap sabar dan tidak putus doa. Kepada pihak sekolah, beliau mengajak untuk terus menjaga kolaborasi yang kuat dengan orang tua dan memastikan anak-anak tumbuh bahagia dengan Qur’an, bukan tertekan karenanya.

Penutup yang Penuh Berkah

“Dalam waktu yang sekejap mata ini, semua sedang membangun surga bersama,” ujar Ustadz Dodi mengakhiri sesinya. Doa penutup dipanjatkan agar Allah menganugerahkan keturunan yang sholeh, hafal dan mengamalkan Al-Qur’an, yang menjadi penyejuk mata di dunia dan penolong di akhirat.

Acara ditutup dengan motivasi penuh keakraban pukul 11.30. Semangat luar biasa terpancar dari wajah setiap peserta: “Berkah Al-Qur’an, kita semua bahagia, sehat, dan insya Allah segala kemudahan akan mengalir. Amin ya Rabbal ‘alamin.”

Seminar parenting ini bukan sekadar acara formal, tetapi momen berharga yang mengingatkan kita semua bahwa mendidik anak adalah investasi akhirat. Dengan komunikasi yang baik, kasih sayang yang tulus, dan Al-Qur’an sebagai pedoman, kita bersama-sama menyiapkan generasi yang berakhlak Qur’ani—generasi yang siap belajar, siap berjuang, dan siap bersinar.


Dokumentasi kegiatan Seminar Parenting WAFA MBS – Menyiapkan Generasi Berakhlak Qur’ani

Leave a Reply